Di tengah era globalisasi yang terus berkembang pesat seperti sekarang, penguasaan bahasa asing menjadi menu wajib yang harus dikuasai masyarakat, terutama para pelajar dan profesional. Pasalnya, bahasa asing dapat membantu memudahkan proses komunikasi dengan orang dari negara atau daerah lain sehingga tujuan bisa dicapai dengan lebih mudah.
Karena tuntutan penguasaan bahasa asing semakin tinggi, di Indonesia juga menjamur lembaga atau tempat kursus bahasa asing. Tiap-tiap lembaga kursus itu tentunya menerapkan metode masing-masing dalam proses pembelajaran bahasa asing. Dan, salah satu metode belajar yang sering diterapkan adalah metode belajar ala Emil Krebs.
Bagi yang belum tahu Emil Krebs, pria kelahiran Jerman pada tanggal 15 November 1867 ini merupakan orang yang mampu menguasai banyak bahasa atau biasa disebut poliglot. Sumber yang sangat tepercaya mengatakan, anak seorang tukang kayu itu mampu menguasai 68 bahasa, baik secara lisan maupun tulisan, pada tingkatan mahir.
Pada tahun 1887, usai memperoleh ijazah sekolah tinggi, Krebs telah fasih berbicara dalam 12 bahasa (termasuk Yunani, Yunani Modern, Turki, Arab, dan Polandia). Lalu, selama perjalanan ke Tiongkok pada tahun 1893, ia sudah mengenal 40 bahasa sehinngga orang Tiongkok menyebutnya sebagai kamus berjalan. Pada tahun 1914, Krebs mengaku telah mengenal 33 bahasa sampai tingkatan yang paling baik.
Lalu, banyak orang yang bertanya-tanya, bagaimana bisa Emil Krebs mampu mempelajari dan menguasai banyak bahasa dalam waktu yang sesingkat itu? Ternyata, metode yang diterapkan pria ini cukup sederhana. Menurut beberapa sumber, hal utama yang dilakukan Emil Krebs dalam mempelajari bahasa adalah menumbuhkan rasa suka pada pelajaran, terutama belajar bahasa. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Emil Krebs terbiasa membaca tulisan berbahasa asing di koran.
Sebelum mempelajari suatu bahasa, Emil Krebs juga terlebih dulu mempelajari sejarah dan budaya orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut. Bahkan untuk kegiatan ini, ia seringkali disebutkan bekerja hingga pukul 3.00 dini hari.
Selain itu, penting juga bagi mereka yang belajar bahasa asing untuk berani berbicara daripada sekadar mendengarkan. Dengan banyak berlatih bicara, seseorang semakin terbiasa dengan bahasa baru, selain bisa mengetahui kesalahan dalam berbahasa.